Saturday, May 29, 2010

Waspada, Sejumlah Penyakit Ancam Indonesia

VIVAnews -- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia meminta masyarakat mewaspadai wabah penyakit menular yang baru muncul atau emerging infectious disease (EID). Penyakit itu berpotensi menimbulkan wabah, kerugian ekonomi dan kekacauan sosial yang hebat."Ancaman tersebut sekitar 70% berasal dari penyakit hewan seperti SARS, NIPAH, Flu Burung dan lain-lain," kata Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih kepada VIVAnews, Rabu 26 Mei 2010.

Hal ini juga diperberat karena bangsa Indonesia, tengah menghadapi penyakit menular bersumber binatang lainnya seperti Malaria, demam berdarah, Filariasis (kaki gajah), Rabies dan penyakit menular langsung seperti Diare, Kecacingan, Kusta dll.

Karena itu, seluruh masyarakat termasuk peternak unggas, perlu dilindungi dari berbagai penyakit terutama penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan pandemi.

Demikian pula kecelakaan di tempat kerja yang dapat timbul akibat proses kerja, alat kerja, lingkungan kerja, cara kerja yang tidak aman dan gaya hidup yang tidak sehat.

Berkaitan dengan hal itu, Menkes menyambut baik Gerakan Peternak Sehat Ternak Sehat (GPSTS) yang merupakan kerja sama antara Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian dan HIMPULI serta sektor lainnya.

"GPSTS merupakan terobosan baru yang harus terus diperluas cakupannya ke seluruh Indonesia. Gerakan ini juga merupakan pelaksanaan konsep Satu Kesehatan untuk Indonesia sebagai bagian dari One World One Health," ujar Menkes.

Menurut Menkes, PSTS merupakan gerakan promosi kesehatan, kebersihan perorangan dan PHBS deteksi dini dan respon cepat pada penyakit yang dapat menimbulkan wabah pemberdayaan masyarakat peternak di bidang kesehatan dan UKBM.

Menkes menyebutkan, dari 231,83 juta jiwa penduduk Indonesia (BPS, 2009), 45.24% (104,87 juta jiwa) adalah pekerja. Sebagian besar bekerja di sektor pertanian (46%), perdagangan (19%), industri (12%) dan lain lain. Sektor pertanian terdiri dari petani, nelayan, peternak dan sebagainya.

Pekerja yang bergerak disektor peternakan unggas (ayam, itik dan lain-lain) mencapai 5 juta terdiri dari peternak unggas formal dan non formal yang tersebar di desa-desa.

"Kami ketahui, unggas air termasuk itik/bebek merupakan “carrier” dan sumber penularan Flu Burung pada unggas dan manusia," terang Menkes.

Menurut hasil penyelidikan epidemiologi, faktor risiko penularan flu burung kepada manusia 47% disebabkan karena kontak langsung dengan unggas mati mendadak. Sebanyak 41% karena kontak dengan lingkungan tercemar, 2% disebabkan karena pupuk dan 10% belum diketahui.

Hal ini disebabkan karena kurang pengetahuan, kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Bahkan, di dunia saat ini, selain beredar virus influenza musiman, bersirkulasi pula virus Influenza A Baru (H1N1) yang pernah menimbulkan pandemi tahun 2009 dan virus H5N1 yang terdapat di Mesir, China, Vietnam dan Indonesia.

WHO dan masyarakat dunia mengkhawatirkan kemungkinan lahirnya virus influenza baru dari hasil perubahan genetik maupun melalui percampuran genetik dari 2 virus atau lebih (reassortment).

"Virus ini kemungkinan dapat menimbulkan wabah di banyak negara di dunia (pandemi)," papar Menkes. (Sumber:http://nasional.vivanews.com/news/read/153557-waspada_penyakit_baru_ancam_indonesia)

Friday, May 7, 2010

Australia-Indonesia Kembangkan Produksi Sapi

VIVAnews -- Pemerintah Australia bersama Indonesia, Nusa Tenggara Barat (NTB) akan menjalin kerjasama tekhnologi dengan Australia mengembangkan sapi. NTB diketahui merupakan provinsi yang menargetkan sejuta sapi pada tahun 2013.

Kerjasama tersebut akan ditindak lanjuti Wakil Gubernur NTB Badrul Munir yang didampingi Kepala Bapeda NTB Rosyadi Sayuti. Keduanya akan berangkat menuju Darwin Autralia untuk berdialog bersama pelaku bisnis sapi Australia.

"Hari ini kami diminta mendampingi Wakil Gubernur untuk membicarakan konsep Bumi Sejuta Sapi kita dihadapan pebisnis sapi Australia di Darwin," kata Rosyadi Sayuti kepada wartawan di Mataram Rabu 24 Maret 2010.

Sayuti menambahkan program Bumi Sejuta Sapi yang dicanangkan Pemerintah Provinsi NTB sudah disetujui oleh Presiden RI. Bahkan program tersebut dinilai membantu kebutuhan sapi di Indonesia dan mendukung program swasembada daging nasional pada tahun 2014.

Untuk itu pihaknya akan bekerjasama dengan Australia guna mengembangkan ternak sapi dengan metode Insiminasi Buatan. Diharapkan selama tiga hari berada di Darwin pemerintah NTB memperoleh banyak masukan dari pihak Australia.

Selama ini pemerintah NTB melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan menginginkan agar satu induk sapi bisa melahirkan satu induk anak tiap tahunnya. Dengan demikian menurut Sayuti dalam empat tahun kedepan NTB optimistis memiliki sejuta lebih sapi.

"Kalau sekarang saja kita punya 30.000 induk sapi dan tiap tahunnya melahirkan satu anak dalam jangka empat tahun kita bisa punya sejuta lebih sapi.Maka itu kita akan bekerjasama dengan Australia untuk mensukseskan program Bumi Sejuta Sapi ini,"ujar Rosyadi Sayuti.

Bumi Sejuta Sapi merupakan program unggulan Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi dan Wakilnya Badrul Munir. Data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB menyebutkan populasi sapi pada tahun 2008 sebanyak 546.114 ekor dengan jumlah induk sebanyak 37,36 persen dari populasi.

Adapun angka kelahiran mencapai 66,7 persen dari jumlah induk sapi dan angka kematian anak sapi mencapai 20 persen dari jumlah ternak sapi yang lahir.

Sementara jumlah pedet hingga saat ini sebanyak 101.239 ekor dengan jumlah pemotongan betina produktif dan pemotongan tidak tercatat mencapai 20 persen dari pemotongan tercatat.

Jumlah pemotongan dalam daerah sebesar 41.575 ekor dan jumlah sapi bibit dan sapi potong yang dikeluarkan dari wilayah NTB mencapai 28.500 ekor. "Hasil selanjutnya nanti kami sampaikan setelah kembali dari Australia,"ujar Rosyadi Sayuti.

Laporan: Edy Gustan | Mataram
(Sumber: http://nasional.vivanews.com/news/read/138983-australia_indonesia_kembangkan_produksi_sapi)